Senin, 03 November 2008

Bantaeng sebagai Butta Toa


Dalam sejarah, Bantaeng tercatat sebagai Tanah Tertua di Sulawesi Selatan. Keberadaan Bantaeng sebagai kota persinggahan Penjajah Belanda maupun Bangsa lainnya yang pernah singgah dan mendiami Bantaeng dibuktikan salah satunya dengan adanya beberapa situs bersejarah di Bantaeng, misalnya :


1. Pekuburan Kristen dari Zaman Penjajahan Belanda yang di dalamnya telah dimakamkan jenazah-jenazah orang Belanda.
2. Pekuburan orang-orang keturunan Tionghoa yang berada di Kampung Sasayya Jl. Pahlawan Bantaeng. Pekuburan ini bahkan masih digunakan hingga saat ini oleh etnis Tionghoa Bantaeng.
3. Rumah dan Kantor Pemerintah dengan desain khas ala Belanda dan Jepang.
4. Perkampungan maupun wilayah perdagangan yang hingga sekarang dikuasai oleh etnis China terletak di Pusat Kota, tepatnya sepanjang Jl. Mangga dan Jl. Manggis Bantaeng.



Bukti lain yang erat kaitannya dengan predikat Bantaeng sebagai Butta Butta Toa (Tanah Tertua) di antaranya adalah :
1. Perkampungan Tujuh Keturunan Pertama yang lazim disebut dengan Tumanurunga, Balla Tujua ri Onto, disana dapat ditemukan sisa peninggalan sejarah masa lalu berupa Tujuh Rumah Adat yang terdiri dari Bantaeng, Gowa, Turatea, Bone, Bulukumba, Takalar dan Sinjai.



2. Bantaeng memiliki wilayah yang berbentuk Selat sehingga memungkinkan perahu dan kapal pedagang pada masa lalu singgah untuk berlindung bilamana terjadi ombak pasang. Bahkan sampai sekarang masih kerap dijadikan tempat berlindung. Menurut sejarah terpercaya bahwa kapal-kapal para penjelajah dunia cepat menemukan Bantaeng karena dengan menandai sebuah titik tertinggi yang terlihat dari Laut yakni Puncak Gunung Lompobattang.



Nama Bantaeng telah beberapa kali mengalami perubahan, dimulai dengan nama Bonthain yang diberikan oleh kaum penjajah Belanda untuk selanjutnya berubah lagi menjadi Bantayang dan pada akhirnya menjadi Bantaeng. Di samping beberapa situs bersejarah tersebut di atas, terdapat pula :
1. Taman Purbakala La Tenri Ruwa berupa Kompleks Makam para Raja-raja Bantaeng yang terletak di Jl. Pemuda Bantaeng.
2. Rumah Adat Balla Lompoa di Jl. Dr. Ratulangi Letta-Bantaeng
3. Rumah Adat Balla Bassia di Jl. Bolu Bantaeng
4. Masjid Taqwa Tompong di Jl. Bolu Bantaeng


7 komentar:

amdy sukri mengatakan...

sy membaca disejarah kerajaan tarowang bahwa bantaeng pernah di taklukkan oleh kerajaan majapahit,sy mau tanya sejarah selengkapnya

Potret Butta Toa mengatakan...

@amdy sukri
menarik juga ini...
entah kebenarannya seperti apa

semoga rekan-rekan lainnya bisa memberi gambaran yang jelas...

menyangkut sejarah...tidak bisa dikarang-karang
sehingga Potret Butta Toa tidak berani memunculkan sebuah argumen tanpa pembuktian

maaf daeng...
semoga yang laen bisa menjawabnya

ma kasih komentarnya

Fatmawati Lamamma mengatakan...

No. 2,3,dan 4 diatas adalah sangat dekat dengan kehidupanku dimasa kecilku. No 2 terletak hampir depan rumahku di Letta, sedangkan no 3 adalah rumah nenek sepupu dan beliau lah pendiri Masjid Tompong (no.4)... aku ingin pulang, namun bingung dengan apa aku bisa membangun butta toa ku?

Fatmawati Lamamma mengatakan...

Adakah diantara saudara2 sekalian yang mengetahui sejarah Karaeng Baso Lompo Bongga? Terima kasih atas share yang akan diberikan nanti :D

Unknown mengatakan...

Maju terus pariwisata d bantaeng apa lagi bantaeng merupakan tempat persinggahan wisatawan2 destinasi tanjung bira ...

Unknown mengatakan...

Menurut cerita di keluarga kami secara turun temurun Karaeng Baso Lompo Bongga berhubungan dgn kakek buyut kami Petta Sele'...

Anonim mengatakan...

Katanya saya masih ada keturunan sama beliau

Posting Komentar

Komentar Anda menjadi masukan buat kami

Desain oleh : Ambae.exe_Blogspot Ambae.exe_Friendster Ambae.exe_Blog-Friendster potret-butta-toa.blogspot.com